Asthma
terjadi akibat reaksi berlebihan terhadap allergen (zat asing penyebab alergi)
yang ditandai oleh penyempitan bronkus, sesak nafas hebat dan mendadak,
kemudian diikuti oleh gejala-gejala seperti, wheezing (bunyi ngik-ngik), lelah,
gangguan kesadaran, kulit membiru, perubahan tekanan darah dan bekerjanya otot
bantu pernafasan.
Seseorang
yang mengalami alergi mempunyai
kecendrungan untuk membentuk antibody Ig E (Immunoglobulin E) dalam jumlah yang
tak normal, dan antibody ini menyebabkan reaksi alergi bila bereaksi dengan
antigen spesifiknya. Pada kondisi asma, antibody ini terutama melekat di sel
mast interstisial paru yang terkait erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil.
Bila
seseorang menghirup allergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat.
Setelahnya, antibody yang telah melekat pada sel mast akan bereaksi dengan
allergen, sehingga akan menyebabkan sel ini mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamine, factor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua factor-faktor ini menyebabkan udema (bengkak) local pada
dinding bronkiolus kecil, pelepasan mucus (lendir) yang kental dalam lubang
bronkiolus dan spasme otot polos bronkiolus, akibatnya ketegangan saluran nafas
pun meningkat.
Sementara
bekam dapat memperbaiki mikrosirkulasi dan fungsi sel dengan cepat. Berdsarkan
penelitian yang saya lakukan, bekam dapat meningkatkan kemampuan peremajaan
eritrosit. Terapi bekam yang dilakukan secara teratur diduga kuat dapat
merangsang kekebalan seluler, sehingga daya tahan tubuh meningkat.
Pembekaman mengakibatkan bendungan local,
perangsangan titik meridian, sipoksia dan radang, hal inilah yang dapat
memperbaiki mikrosirkulasi dan fungsi sel dengan cepat. Lima belas hari setelah
pembekaman terbukti akan meningkatkan kelunturan dinding sel darah merah,
merangsang kerja system kekebalan tubuh, yang meliputi sel limfosit T CD8+,
makrofag, dan sel pembunuh alami, maka hasil akhirnya adalah terjadinya
peningkatan daya tahan tubuh. Mekanisme peningkatan daya tahan tubuh tersebut
akan sama, baik bekam dilakukan sebagai pencegahan maupun pengobatan terhadap
penyakit.
Di sisi lain makrofag menghasilkan sitokin
dalam jumlah yang berlebihan, sehingga makrofag merupakan sel efektor penting
pada kekebalan yang diperantai oleh sel, misalnya hipersensitivitas tipe
lambat. Sitokin ini tidak hanya mempengaruhi sel T dan sel B, tetapi juga
mempengaruhi jenis sel lain seperti sel endotel dan fibroblast.
Makrofag
bekerja untuk melumpuhkan dan akhirnya membunuh mikroba yang diikat oleh
antibody dan/atau komplemen, oleh karena itu makrofag merupakan unsure pemberi
pengaruh yang penting pada kekebalan humoral dan seluler.
Adapun
mekanisme pada kerusakan jaringan, sama dengan mekanisme yang digunakan oleh
sel T untuk menyingkirkan sel yang berkaitan dengan mikroba. Sel T CD4+
bereaksi terhadap antigen pada sel atau jaringan, lalu terjadi pelepasan sitokin
yang memicu inflamasi dan aktifasi makrofag. Kerusakan jaringan disebabkan oleh
pelepasan sitokin dari makrofag dan sel-sel inflamasi yang lain. Sel T CD8+
dapat menghancurkan sel yang berkaitan dengan antigen asing.
Pada
banyak penyakit auto kekebalan yang diperantarai oleh sel T, terdapat sel T
CD4+ dan sel T CD8+ yang spesifik untuk antigen diri, dan keduanya berperan
kepada kerusakan jaringan. Bukti secara eksperimental menunjukan bahwa
pertahanan anti mikobakteri adalah makrofag dan limfosit T.
Sel
fagosit mononuclear atau makrofag berperan sebagai pemberi pengaruh utama
sedangkan limfosit T sebagai pendukung proteksi atau kekebalan. Makrofag
bertugas melumpuhkan dan akhirnya membunuh mikroba yang diikat oleh antibody
dan /atau komplemen, oleh karena itu makrofag merupakan unsure pemberi pengaruh
yang penting pada kekebalan humoral dan seluler.
Pada
system kekebalan, sel darah putih bergerak sebagai organisme selular bebas dan
merupakan lengan kedua system kekebalan bawaan. Sel darah putih bawaan termasuk
fagosit makrofag, neutrofil, dan sel dendritik, sel mast, eosinofil, basofil
dan sel pembunuh alami. Sel tersebut mengenali dan membunuh pathogen dengan
menyerang pathogen yang lebih besar melalui kotak atau dengan menelan lalu
membunuh mikroorganisme tersebut, sel bawaan juga merupakan mediator penting
pada aktivasi kekebalan adaptif.
Berdasarkan mekanisme yang telah dijabarkan, ditambah dengan adanya
kenyataan secara statistic, bekam terbukti meningkatkan sel limfosit T
pembunuh, maka terapi bekam untuk
serangan asma adalah sangat tepat dan rasional.
Berkaitan dengan fungsi bekam pada kasus asma, maka terdapat pada dua
tujuan pembekaman terhadap pasien asma.
Pertama, meningkatkan dan memperbaiki imunitas. Adapun area pembekamannya pada titik kahiil, katifain dan akhda’ain
atau semua titik di tengkuk dan punggung. Dengan demikian, diharapkan
system imun dan reaksi radang dapat diperbaiki dan dioptimalkan.
Kedua, yaitu bertujuan untuk memperbaiki system organ paru dan
saluran nafas. Area pembekamannya adalah
satu jari dibawah tulang selangka (klavikula) kiri dan kanan, tiga jari dari
tulang dada setinggi puting susu kiri kanan serta di ulu hati. Dengan ini,
diharapkan bronkus dan bronkioulus yang menyempit, serta cairan di saluran
nafas mendapat reaksi langsung akibat pembekaman.
Reaksi system imun yang terjadi di dalam
tubuh amat sangat komplek. Maka seharusnya terapis dan pasiennya selain
berikhtiar dengan bekam, harus juga bertawakal dan menyandarkan kesembuhan
hanya kepada Allah SWT. Wallohu A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukan Komentar Anda dengan Daftar di Blog Kami