Selasa, 02 Agustus 2016

Cara Islami Usir Maag

Betapa galaunya penderita maag, makan salah tak makan tambah salah. Terkadang entah tak tau lagi harus bagaimana? Nyeri, mules, mual, pening, sakit kepala, nyeri punggung belakang, semuanya kumpul jadi satu. Belum lagi kalau sudah sukar buang air besar, atau malah muntah darah. Semakin bikin cemas saja.


Di Indonesia, gejala dan keluhan gastritis seperti di atas tak hanya dialami oleh satu dua orang saja. Setidaknya di Indonesia, sakit maag merupakan kondisi kesehatan yang sangat umum.

Berdasarkan tinjauan WHO terhadap delapan Negara dunia dan di Indonesia persentase kejadian gastritisnya mencapai 40,85 persen. Angka kejadian gastritis di Indonesia cukup tinggi
               
Tahun 2009 penyakit gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam sepeluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia dan menyerang lebih banyak perempuan dari pada laki-laki dengan jumlah kasus 30.154 orang (profil kesehatan Indonesia,2009).
               
Gastritis di masyarakat lebih dikenal dengan sebutan penyakit maag. Asalnya, berasal dari istilah bahasa belanda “de maag” yang berarti lambung. Disebut juga radang lambung, tukak lambung. Dalam bahasa arab penyakit ini disebut qurhah al maidah
               
 Penyakit yang menyerang lambung ini dikarenakan terjadinya luka atau peradangan pada lambung. Sub bagian Gastroenterologi Ilmu penyakit dalam RSCM, Jakarta, mencatat dari total jumlah pasien maag yang dating, 60 persennya adalah wanita.
               
 Menurut Dr.Ari farial syam Sp. PD, MMB dari bagian Gastroenterologi IPD RSCM lebih dominannya penderita wanita bukan sebab wanita lebih lemah, tapi karena wanita lebih mudah stress, pola makan tidak teratur dan diet yang salah. Di kehamilan trimester pertama wanita juga sering mengalami gejala yang sama dengan sakit maag.
               
Menurut Prof. Suhartono Taat, pakar patologi Unair, cirri dari sifat melankolis adalah perfeksionis, sehingga kurang pandai mengelola stressor. Padahal hidup itu penuh stressor. Akibatnya, perempuan melankolis mudah mengalami distress.
               
 Dalam sebuah jurnal kedokteran, peneliti dari Universitas Leeds, Dr.Daryl O’Connor mengungkapkan, stress dapat memengaruhi kebiasaan seseorang. “Saat stress,cenderung makan lebih sedikit, termasuk kurang makan sayuran. Mereka lebih mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kalori.” Ujar O’Connor.
                
 Terkadang seseorang tak memahami bagaimana dia terkena penyakit maag, padahal maag adalah salah satu penyakit dengan berbagai macam factor, termasuk pengaruh dari psikologis. Itulah sebabnya sakit maag bisa disebut juga penyakit psikosomatis.
               
 Makan tak teratur tidak hanya menyangkut pola waktu, tapi dalam pengobatan islam di era klasik ini dinyatakan dalam aturan yang lebih spesifik dan holistic, seperti memilih makanan sesuai musim, menyeimbangkan makanan bersifat panas penyebab panas dalam dengan makanan dingin untuk menetralisirnya.
                
 Di lain peristiwa dinyatakan bahwa Abi Thalhah, meriwayatkan, “Kami mengadukan kepada Rasullulah tentang rasa lapar yang kami derita.Lalu kami memperlihatkan perut kami yang diganjal batu, masing-masing sebuah batu, kemudian rasulullah memperlihatkan perut beliau yang ternyata diganjal dengan dua batu.” (Trimidzi)
                

 Melihat berbagai kenyataan tadi, dapat dibayangkan bagaimana tekanan emosional yang terjadi ketika perang khandaq? Betapa rasullulah dan para sahabat kelaparan tapi tak membuat mereka ramai-ramai menjadi lesu lalu bergiliran tumbang terkena penyakit maag? Justru di saat tertekan dan kelaparan Rasulullah memberi motivasi yang sangat mengejutkan , “ Ketika para sahabat mendapatkan batu besar yang tidak bisa dipecahkan, maka Rasulullah mulai memukul batu tersebut. Beliau memulainya dengan membaca, “Bismillah.” Lalu memukul dan berhasil menghancurkan sepertiganya dan beliau mengucapkan, “Allahu akbar! Aku telah diberi kunci-kunci syam. Demi Allah, sekarang saya melihat istana yang merah.”
               
 Lalu sekarang apalagi yang kita tunggu? Mengapa kita tidak kembali memerhatikan dan memeraktekkan apa yang pernah dilakukan baginda yang mulia dalam menjaga kesehatan lambung, tubuh serta jiwa agar senantiasa kuat.

Sumber : Tabloid Tibbia edisi 1

Baca Artikel atau Informasi Terkait Tema Tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukan Komentar Anda dengan Daftar di Blog Kami